Article Detail

Hidup tidak menyusahkan orang lain

Penerimaan sakramen Krisma siswa SMP Tarakanita Gading Serpong

Ada dua tantangan beriman kristiani yaitu pemikiran tentang Allah dan tidak perduli satu dengan yang lain, demikian romo Vikjend KAJ RD Samuel Pangestu Pr, mengawali kotbah dalam perayaan eksristi penerimaan sakramen Krisma, termasuk 119 siswa SMP Tarakanita Gading Serpong,  di Gereja santa Laurensius, Alam Sutera Rabu, 14 Oktober 2015. 

“ Roh Kudus yang anda terima dalam sakramen krisma hendaknya disyukuri “ lanjut romo Vikjend. Kita yang kepenuhan roh kudus harus mampu memeliharanya, Yesus sebagai pusat hidup kita. Kita harus sadar bahwa Roh Kudus itu di hidupi oleh Allah. Sehingga mampu merasakan bahwa hidup kita sehari-hari selalu disertai oleh Allah melalui roh kudus.

Sebagai saksi Kritus hendaknya juga kita mampu membawa orang lain sampai kepada Kristus, agar mereka sungguh merasakan dicintai Allah melalui kehidupan mereka.

Penerima sakramen yang terdiri dari berbagai sekolah dan umum yang ada di paroki Santa Laurensius selanjutnya di tantang oleh romo Vikjend agar mampu hidup dalam Roh.

Hidup dalam Roh Kudus mempunyai dua dimens,  pertama hidup tidak ada matinya. Disini penerima sakramen krisma diharapkan tidak usah melakukan hal-hal besar untuk menjadi saksi Kritus, namun berbuat sesuatu yang kecil namun penuh makna.  Beliau mencontohkan saat disakiti tidak mudah marah.

Makna lain adalah bersemangat, kemudian romo vikjend  bercerita saat berkunjung ke Vatican, tidak membawa tiket masuk, padahal sudah datang dari jauh, Indonesia ,  tidak dapat mendekat Paus. Maka  romo tetap semangat  mencari akal agar dapat diijinkan masuk, setelah bicara terus menerus akhirnya “penjaga” mengijinkan masuk. Dari pengalaman ini rormo vikjend berharap  menjadi orang katolik itu harus selalu diperjuangkan, nilainya adalah selalu bersemangat.

Kedua, sikap kita tidak menyusahkan orang lain, contohnya bawa mobil membuang sampah sembarangan hal ini menyusahkan orang lain petugas kebersihan, saat mengikuti doa di lingkungan menempatkan sandal sembarangan sehingga menyusahkan orang lain saat mencari sandalnya, beda dengan orang Jepang sandalnya rapi menghadap jalan. Duduk ditengah saat dalam pertemuan lingkungan sehingga tidak menyusahkan orang lain yang datang belakangan. Terakhir romo memberi contoh saat  naik mobil melewati genangan air harus hati-hati agar tidak membasahi pejalan kaki karena kena cipratan air.

Dari kotbah diharapkan penerima krisma , khususnya siswa- siswi  SMP Tarakanita Gading Serpong,  tidak mudah patah semangat menjadi saksi Kristus dan tidak menyusahkan orang lain.

Pembekalan siswa-siswi SMP Tarakanita Gading Serpong dilakukan awal September oleh Bp. E. Pancasetyanta dan Bu Maria sebagai guru agama dibantu beberapa guru lain. Selain teori dan diskusi kelompok juga diisi  dengan simulasi ekaristi serta bertemu dengan para tokoh atau  pengurus  lingkungan masing-masing , hal ini diharapkan peserta mampu menggali pengalaman mereka serta  memahami suka duka menjadi ‘saksi kristus’ di kehidupan nyata.

Semoga peristiwa iman,penerimaan sakramen krisma,  ini  mampu  mengingatkan kita semua, penerima dan orang tua, akan tugas sebagai anggota gereja yang penuh artinya selalu semangat dan tidak menyusahkan orang lain.  ( fbw-humas )

 

 

 

 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment