Article Detail
Rindu Berpetualang
Rindu Berpetualang
Penulis: Elizabeth Jovanna Putri Wibisono
Genap sudah satu setengah tahun bangsa kita bahkan dunia di landa pandemi Covid-19. Lelah, penat, bosan, dan perasaan lainnya yang bergejolak di hati. Rindu rasanya ingin berpetualang kembali menjelajahi berbagai kota untuk mengunjungi destinasi wisata yang sungguh elok. Mulai dari Pulau Jawa yang mempesona, Pulau Bali yang eksotis, Pulau Sumatera yang melegenda dan masih banyak lagi destinasi wisata yang ingin aku kunjungi kembali. Rasa penat setelah menjalani sekolah daring selama satu setengah tahun ini, membuka kembali kenanganku akan liburan bersama keluarga ke beberapa destinasi wisata di Pulau Jawa dan Bali.
Di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ini, Pemerintah memang menghimbau masyarakat agar tetap berada di rumah saja. Namun, tidak ada salahnya juga jika PPKM telah berakhir, kita agendakan untuk berlibur kembali bersama keluarga, namun tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat serta mengikuti aturan yang dibuat oleh pemerintah setempat. Jika pandemi ini telah berakhir, mungkin aku adalah orang pertama yang akan segera berlibur kembali.
Nah, sebagai referensi untuk berwisata setelah masa PPKM berakhir, berikut ini adalah beberapa destinasi wisata yang pernah saya kunjungi dan saya rekomendasikan untuk dikunjungi kembali. Saya merekomendasikan perjalanan melalui jalur darat karena selama perjalanan, akan banyak sensasi aduhai yang dapat kita nikmati. Berangkat dari Jakarta, destinasi pertama kita adalah Bogor. Perjalanan akan ditempuh selama ±1 jam 45 menit dengan jarak sekitar 66 km. Di Bogor, kita dapat mengunjungi Air Terjun Curug Leuwi Hejo.
Curug Leuwi Hejo mulai terkenal di kalangan masyarakat, karena airnya yang begitu jernih. Tepatnya berada di Kecamatan Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat. Curug Leuwi Hejo ini selalu memberikan kesan tersendiri kepada para pengunjung karena pantulan airnya yang berwarna biru kehijauan, jernih dan juga suasana alam sekitarnya yang dipenuhi dengan tumbuhan hijau. Di tempat ini juga tidak hanya terdapat air terjun saja, namun ada juga jalur yang disiapkan sebagai tempat trekking. Untuk memasuki area ini, pengunjung hanya perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp 25.000,00.
Tidak mahal kan? Pengunjung pun tidak perlu merasa khawatir karena tempat ini telah menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat.
Sumber: BeritaBogor.com
Sumber: Retemu.com
Dari Bogor, destinasi kedua adalah Ciwidey Kabupaten Bandung. Bandung dengan segala pesonanya, menyuguhkan berbagai wisata alam. Namun, Kawah Putih adalah tempat wisata alam terbaik di Bandung versiku. Terletak di Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang terletak di kaki Gunung Patuha. Kawah putih merupakan sebuah danau yang terbentuk dari letusan Gunung Patuha. Tanah yang bercampur belerang di sekitar kawah ini berwarna putih, lalu warna air yang berada di kawah ini berwarna putih kehijauan, yang unik dari kawah ini adalah airnya kadang berubah warna. Kalau ke tempat ini, jangan lupa untuk memakai pakaian hangat, ya karena suhu udara yang cukup dingin.
Sumber: anekawista.com
Sumber: lovael.com
Setelah kita puas menikmati 2 wisata alam dari Jawa Barat, perjalanan kita berlanjut ke Provinsi Jawa Tengah. Yogyakarta…. I’m coming. Yes, Yogyakarta, kota yang memiliki banyak kesan mendalam bagiku karena saat pertama kali aku diajak orang tuaku berwisata ke Yogya, hatiku langsung tertambat di kota ini. Banyak wisata bersejarah yang dikenalkan orang tuaku di kota ini. Namun aku sangat terkesan dengan 3 tempat wisata ini.
Pastinya kalau kita sedang berada di Yogya sudah tidak asing lagi kan dengan yang namanya Keraton Yogyakarta. Keraton ini memiliki nama resmi “Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat”, yang ternyata sudah berdiri sejak tahun 1755, lho. Pendiri dari tempat ini adalah Sultan Hamengkubuwono I dan tempat ini telah di akui sebagai arsitektur Istana Jawa terbaik. Jika masuk ke dalam Keratonan ini, kita akan melihat sesuatu yang sangat megah. Selain dijadikan sebagai objek wisata, Keraton ini juga masih dijadikan sebagai tempat tinggalnya Sultan. Untuk masuk ke dalam Keraton ini, kita sebagai wisatawan lokal cukup membayar tiket masuk sebesar Rp 20.000,00 saja. Nah, kita dapat didampingi oleh para pemandu wisata yang tentunya sangat ramah dan bersahabat. Memasuki wilayah Keraton, kita seperti merasa diterima oleh penghuni Keraton. Mulai dari tempat pembelian tiket masuk sampai pintu keluar, kita akan kerap bertemu dan disapa dengan senyuman tulus para pegawai keraton. Bahkan para abdi dalem pun kerap menyapa kami dengan bahasa Jawa halus. Mengitari keraton ini, rasanya hati sejuk dan damai.
Sumber: sanjayatour.com
Sumber: nusadaily.com
Dari Keraton, kita melanjutkan perjalanan ke Kampung Wisata Taman Sari. Lokasi ini masih berdekatan dengan area Keraton. Hanya berjarak sekitar 1,1 km atau sekitar 4 menit dari keraton. Taman Sari merupakan cagar budaya warisan Keraton Yogyakarta yang masih berdiri dengan sangat gagah. Keindahan Taman Sari salah satunya adalah memiliki kolam yang dikelilingi benteng setinggi 6 meter. Taman Sari sering dijuluki sebagai Water Kasteel dan The Fragrent Garden karena kolam-kolam dan juga pepohonan serta bunga yang mengelilingi taman ini. Mitos juga pernah mengatakan bahwa, terdapat 2 lorong yang dapat menembus hingga ke Pantai Laut Selatan. Karena mitos tersebut, banyak sekali wisatawan lokal maupun mancanegara yang penasaran sehingga menyebabkan tempat wisata ini cukup terkenal.
Sumber: jejakpiknik.com
Sumber: klikalamat.com
Setelah mengunjungi dua tempat wisata bersejarah ini, saatnya untuk rehat dulu. Yogyakarta menawarkan banyak tempat menginap yang bagus. Dari mulai losmen, villa hingga hotel berbintang. Aku dan keluargaku lebih memilih menginap di villa yang jauh dari pusat kota dan memiliki nuansa alam dengan pemandangan yang hijau. Selain tarifnya pun lebih murah dari hotel berbintang di kota, bisa juga sebagai tempat untuk refreshing. Villa yang terletak di pedesaan justru memberikan kesan mendalam untuk kami sekeluarga. Biasanya pada pagi hari, kami sempatkan untuk menyewa sepeda dan berkeliling pedesaan menggunakan sepeda. Selain kami banyak berinteraksi dengan warga sekitar, kami juga selalu punya pengalaman baru. Misalnya berkenalan dengan Pak Tani dan mendapatkan buah tangan langsung dari kebunnya, berkenalan dengan pemuka agama kami yang sedang mendapatkan tugas pelayanan di desa tersebut dan lain-lain. Di setiap perjalanan kami, selalu ada kesan mendalam.
Setelah beristirahat semalam, kami melanjutkan wisata kami selanjutnya ke Gunung Merapi. Seperti yang kita tahu, Gunung Merapi merupakan gunung paling aktif yang berada di Indonesia. Sejak 2018 lalu, Gunung Merapi sudah ditutup dikarenakan terjadinya status siaga. Namun ternyata, di bawah Gunung Merapi masih terdapat area yang masih bisa kita kunjungi bernama “Lava Tour Merapi”. Dari namanya saja sudah jelas bahwa area ini merupakan area bekas aliran lahar panas setelah meletusnya Gunung Merapi. Kita tidak bisa sembarangan melewati lintasan ini dikarenakan lintasan yang sangat memacu adrenalin karena jalannya yang tidak mudah untuk dilewati. Maka dari itu, pihak pengelola menyediakan mobil Jeep yang akan mengantar kita berkeliling Gunung Merapi ini. Ada 4 rute dalam Lava Tour Merapi yang dapat kita lewati, yang pertama ada rute pendek, rute sedang, rute panjang, dan juga rute sunrise. Tarifnya pun bermacaam-macam. Mulai dari Rp 350.000,00 sampai dengan Rp 550.000,00. Untuk para petualang yang suka tantangan, boleh dicoba nih Lava Tour Merapi. Setelah selesai berkeliling dengan mobil Jeep, jangan lupa sempatkan menikmati teh panas dan jadah tempe serta sate kelinci. Kami punya langganan, namanya Pak Bejo. Jadah tempe buatan beliau ehm…. mantap.
Sumber: bisniswisata.co.id
Sumber: pesonajogjatour.net
Setelah puas menikmati secangkir teh hangat dan jadah tempe buatan Pak Bejo, kami melanjutkan perjalanan ke Museum Gunung Api Merapi. Museum ini sangat aku rekomendasikan untuk dikunjungi. Selain sebagai salah satu sarana untuk wisata edukasi, kita bisa banyak mendengarkan sejarah Gunung Merapi dan berbagai benda yang dilontarkan dan di luluh lantakan oleh Gunung Merapi. Disana kita bisa banyak belajar mengenai kegunungapian serta sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan khususnya yang tinggal di lokasi rawan bencana. Disana kita dipandu juga oleh pegawai dari museum sehingga penjelasan yang didapat pun sangat gamblang dan akurat.
Sumber: tripjogja.co.id
Sumber: outingjogja.com
Rasanya masih banyak tempat lain yang ingin diceritakan dan selalu ada kesan serta kenangan manis di setiap perjalanan wisata di penjuru Indonesia. Semoga pandemi ini segera berakhir dan kita dapat kembali berwisata dan mendukung sektor pariwisata di Indonesia. Mari kita bergandeng tangan memulihkan kembali seluruh sektor yang terdampak pandemi ini. Pulihlah Indonesiaku, bangkitlah pariwisata di Indonesia.
-
there are no comments yet