Article Detail

Retret mengubah hidupku

Retret mengubah hidupku

 

A Single Step to Begin a Long Journey

Tanggal 13 sampai 15 Januari kemarin merupakan hari dimana aku belajar untuk melangkah maju ke depan. Dimana dari sekian retret yang aku ikuti, aku merasa yang kali ini membuatku lebih terbuka kepada sesama, orangtua dan juga Tuhan tentunya. Semuanya sudah kuputuskan dan langkah baru yang kian panjang kini menantiku.

Semua berawal ketika SMP Tarakanita Gading Serpong mengadakan retret bagi anak kelas sembilan. Dalam retret kali ini dibagi menjadi dua gelombang dan kelas kami kebetulan mendapatkan gelombang yang kedua. Aku dan teman-teman memang sungguh tidak sabar menantikan retret kali ini, bahkan kami sudah memikirkan apa saja barang-barang yang akan kami bawa saat retret tiba. Kami menganggap, kami dapat menghabiskan waktu bersama seharian, walau nyatanya iya, tapi ternyata tidak seperti yang kami bayangkan.

Hari retret pun tiba. Perjalanan ini bagiku cukup menyenangkan. Kami mengobrol dan bercanda satu sama lain, ada juga yang bernyanyi bersama. Akhirnya setelah menghabiskan waktu beberapa jam, kami sampai di Villa Bukit Pinus, tepatnya di Bogor. Cuaca pada saat itu tidak cukup mendukung karena gerimis hujan mulai turun. Tapi itu tidak mematahkan semangat anak-anak Tarakanita. Setelah dibagikan kunci kamar, kami diberikan waktu bebas dan saat itu, banyak anak yang berenang bersama, berkeliling area vila dan sama sepertiku, menghabiskan waktu di kamar bersama teman-teman. 

Sampai jam 4 tiba, semua anak sudah mandi dan berkumpul di aula–tempat kami menghabiskan sesi bersama. Hal pertama yang kulihat, disana terdapat empat kakak pembina yang akan membimbing kami selama tiga hari ini. Mereka satu persatu mulai memperkenalkan diri dengan cara mereka yang menurutku asyik. Kak Uci namanya, ia yang memulai sesi pertama pada sore hari itu. Ia menyampaikan tentang tiga jalan satu keutamaan yang harus kita jalani. Jalan pertama itu satu orang berbicara yang lain memperhatikan artinya memperhatikan dengan segenap pikiran, pendengaran, penglihatan dan terutama hati kepada orang yang sedang berbicara. Bagiku ini merupakan hal yang cukup sulit karena terkadang dalam sebuah sesi pasti ada sebuah godaan yang mengganggu konsentrasi kami seperti mengantuk ataupun mengobrol pada saat kakak pembina sedang berbicara. Jalan kedua intinya adalah jangan membiarkan ketidakberesan terjadi. Jalan ketiga itu berkata jujur dan terbuka. Artinya kejujuran selalu diutamakan dan keterbukaan dapat membawa kita untuk lebih mengenal satu sama lain.

Disiplin. Itu merupakan satu keutamaan dalam kegiatan retret kali ini. Ternyata disiplin itu ada dua, yaitu, disiplin dalam hal tepat waktu dan tepat pada waktunya. Bukankah itu hal yang sama? Aku juga tadinya berpikir begitu. Tapi ternyata kedua hal itu berbeda. Contohnya jika kami semua datang dengan tidak terlambat pada saat disuruh berkumpul di aula, itu artinya kami semua tepat waktu. Kalau begitu apa arti tepat pada waktunya? Kita mengobrol pada saat diperbolehkan untuk mengobrol, kita mendengarkan dan memperhatikan saat kakak pembina sedang berbicara, itulah arti tepat pada waktunya.

Selain itu, salah satu kakak pembina bercerita pada kita bagaimana kesulitan yang ia hadapi dikeluarganya. Dari seorang kakak yang membuka cerita masa lalunya kepada kami, pada saat sesi situasi diri dimulai, banyak dari kami semua yang menjadi berani membuka diri, berani bercerita tentang masalah keluarganya dan melepaskan beban yang selama ini disembunyikan. Akhirnya kegiatan malam itu ditutup dengan mengevaluasi dan merefleksikan keberadaan diri dalam keheningan dan doa melalui pencurahan roh kudus serta diri kita yang membuka hati kepada Tuhan masing-masing pribadi.

Hari kedua merupakan hari yang menyenangkan dan sekaligus menyedihkan karena esok harinya kita harus segera pulang. Hal yang paling kusukai adalah ketika kita disuruh  berkreasi untuk menampilkan suatu sinetron, fashion show, lipsing, dan masih banyak lagi. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar kita dapat kompak dan bekerjasama dalam satu kelas untuk membuat suatu penampilan yang lucu dan seru. Setiap kelas dapat menunjukkan ide-ide mereka dalam kegiatan ini. Selain itu para kakak pembina memberikan sebuah game yang sungguh asyik dan cukup melelahkan. Mereka juga tidak lupa untuk menjelaskan apa itu artinya retret dan asal kata retret yang selama ini tidak kuketahui.

Pada malam hari setelah makan malam selesai, kami semua berkumpul di aula. Sesi kali itu menjelaskan tentang dosa. Bagaimana kalau kita berbohong atau malas, ada iblis yang mengganggu hati kita. Setelah itu, ada sebuah sesi yang sangat membuat aku dan yang lain-lain menangis dan merasa menyesal. Bagaimana kita disuruh membayangkan orangtua kita, jika mereka sudah tidak ada dan kita melihat untuk yang terakhir kalinya dan apa yang kita rasakan. Lalu kita diajarkan untuk meminta maaf kepada teman atau musuh kita dan saling berdamai sehingga tidak ada lagi beban di hati.

Tiga hari itu kami habiskan dengan menangis, semoga saja dengan kegiatan kali ini kita semua dapat menyadari kesalahan yang telat diperbuat masing-masing anak dan munculnya kemauan untuk berubah. Setelah pulang dari retret aku mengalami suatu perubahan dalam kehidupanku. Aku berharap hal ini juga terjadi bagi yang lainnya. Bagiku retret kali ini merupakan kenangan yang tak terlupakan sepanjang masa SMP.

 

Oleh :  Natasya Natanael, 9D, Siswi SMP Tarakanita Gading- Serpong, peserta retret.

 

 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment