Article Detail

REVOLUSI YANG TERBERKATI

Dengan kesabaran dan susah payah kami terus bekerja dengan keinginan besar untuk maju, ya … maju…(EG 53)

Catatan terakhir Jumat, 13 Maret 2020 masih tertulis di whiteboard, hari terakhir pembelajaran tatap muka. Kami melakukan praktikum gerak jatuh bebas untuk menemukan nilai gravitasi, energi kinetik dan energi potensial sebuah benda yang dipilih siswa. Minggu, 15 Maret 2020 ada kebijakan untuk mengubah kegiatan pembelajaran tatap muka menjadi Pembelajaran Jarak Jauh atau Belajar Dari Rumah (PJJ/BDR). Kebijakan ini merupakan respon dari semakin bertambahnya penderita Covid-19 yang mulai mewabah pada Desember 2019. Pada Senin, 16 Maret 2020, mulailah kami berkoordinasi dan berkolaborasi untuk membuat kesepakatan pelaksanaan PJJ, sesuai dengan pilihan platform dari Yayasan Tarakanita berbasis internet, kesiapan jadwal dan waktu mulai PJJ. Pada Hari Selasa kami berlatih menggunakan Google Form, saya menggunakan waktu tersebut sebaik-baiknya sekaligus untuk menyiapkan PJJ IPA yang kebetulan pada hari dan jam pertama PJJ dengan durasi 120 menit. Ketika membuat rencana dan materi pembelajaran, saya berkolaborasi dengan Tim IPA untuk menentukan materi, waktu dan sumber belajar yang digunakan, berkoordinasi dengan Tim Kurikulum dalam memilih materi esensial dan Wali Kelas untuk membuat kesepakatan paralel. Sedangkan untuk mempermudah komunikasi dengan siswa, saya bergabung dengan tim koordinator kelas sehingga terbentuk satu pintu. 

Pada Rabu, 19 Maret 2020, PJJ pertama dimulai, tentu saja membuat dagdigdug, Ketika terbiasa dengan pembelajaran tatap muka, kemudian beralih dengan pembelajaran yang dilakukan di tempat yang berbeda tanpa melihat siswa dan proses belajarnya. Hal yang saya lakukan adalah melihat respon siswa pada Google Form sebagai ekspresi dari kemandirian belajarnya. Pengalaman pertama PJJ, saya menemukan 86% siswa menyelesaikan tugas sesuai waktu yang diberikan, sedangkan 14% lainnya memerlukan tambahan waktu dan bantuan orang lain/orang tua dalam menyelesaikan tugas. Hal ini memberikan umpan balik, pertanyaan tidak perlu pengacakan pada Google Form, pada deskripsi ditambahkan kalimat yang memotivasi dan membuat siswa tidak panik, tambahan waktu dan komunikasi untuk siswa tertentu. Ketika tidak ada jadwal PJJ, saya menggunakan waktu untuk memeriksa tugas siswa, membangun komunikasi dengan orang tua dan mendampingi siswa 8A dimana saya bertugas sebagai wali kelas. Tentu saja saya ingin PJJ tidak monoton, saya belajar membuat video presentasi yang dikirim ke siswa, belajar dari rekan guru juga dari youtube, dan memanfaatkan waktu libur untuk mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Yayasan. Hal yang saya inginkan adalah dapat melakukan pembelajaran secara interaktif. Dalam keterbatasan ruang dapat mengontrol kegiatan diskusi, praktikum tetap dapat dijalankan sehingga pembelajaran menarik dan bermakna. Bela rasa, kemandirian, kedisiplinan, kerjasama, kreativitas, daya juang dan kejujuran tetap tumbuh meskipun dalam PJJ.

Segala daya, pengetahuan pedagogi, konten dan keterampilan teruji kembali, ketika melaksanakan PJJ sinkronus. Dengan kerendahan hati saya sampaikan kepada siswa untuk memberikan masukan pada presentasi materi, penggunaan Gmeet/Zoom dan suara, baik secara langsung atau menulis pada chat. Puji Tuhan semakin hari semakin lancar dengan terus belajar dan belajar, baik mandiri maupun bersama, saling mendukung, berbagi pengalaman, dan tentu dukungan Yayasan melalui TCC. 

Keadaan Pandemi Covid-19 ini bukanlah kejadian yang kebetulan. Meskipun terdampak, saya tetap merasakan Kasih Allah yang berlimpah. Waktu untuk menyingkir dari keramaian, pulang dan berkumpul dengan keluarga. Banyak waktu untuk sendiri bukan menyendiri, kesempatan untuk lebih rajin berdoa, mengikuti misa harian di gereja manapun secara livestreaming, melakukan kegiatan solidaritas, kegiatan lingkungan secara virtual dan keluar rumah seminimal mungkin. Hal ini saya lakukan baik untuk kesehatan diri sendiri maupun orang lain.

Proses adaptasi yang secara alami menjadi ciri menuju evolusi, saat ini harus melompat  ke arah revolusi, … revolusi sosial budaya yang berpacu dengan mutasi. Revolusi penuh kesadaran tanpa keterpaksaan.

Semoga kesabaran, semangat belajar dan kerja keras untuk maju, membuahkan hasil … dan Allah yang Mahabaik memberkati karya kami (EG 51).

Oleh Christina Susanti


Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment