Article Detail

Pengaruh Akun TikTok @bahonkatwo Terhadap Pola Pikir Remaja Usia 11-15 Tahun

Pengaruh Akun TikTok @bahonkatwo Terhadap Pola Pikir Remaja Usia 11-15 Tahun

Proposal Penelitian

Angelica Dyah Ayu Puspita


Abstrak

     Internet sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita. Media sosial pun menjadi salah satu perantara penyebaran informasi tercepat saat ini. Tidak sedikit jumlah remaja/Gen Z yang menggunakan media sosial, hingga Gen Z menempati tempat kedua generasi paling banyak memakai media sosial di Indonesia setelah Millenial. Tetapi bisakah remaja menanggapi keberadaan media sosial di dalam kehidupan mereka dengan baik? Pola pikir remaja perlu diperhatikan, khususnya dengan adanya media sosial yang tidak berisi hal-hal yang baik saja. Sifat remaja yang masih mencari jati diri seakan menjadi mangsa empuk bagi oknum tidak bertanggung jawab di media sosial. Ada banyak penyebab dan akibat remaja mudah terpengaruh saat menerima informasi dan mengambil keputusan. Mulai dari rasa takut dikucilkan hingga mencari pengakuan diri. Hal ini menarik saya untuk melakukan penelitian. Metode penelitian ini adalah dengan mengunggah video tentang topik yang sedang ramai di TikTok dan kiranya bisa menarik perhatian remaja berusia 11-15 tahun. Setelah itu observasi dilakukan terhadap komentar yang ditinggalkan oleh viewers video tersebut.

Bab I. Pendahuluan

1.1 Latar belakang     

     Informasi menyebar sangat cepat di zaman modern ini, salah satu perantara utamanya adalah internet dan media sosial. Media sosial pun sudah menjadi tempat berkumpulnya para remaja, khususnya untuk berkomunikasi dan menyebarkan berita ke orang lain.

     Dewasa ini, media sosial telah menjadi acuan atau kiblat remaja dalam mengambil keputusan, bahkan membentuk gaya hidup remaja. Adanya media sosial dalam kehidupan remaja seakan menyaingi peran keluarga, sekolah, komunitas, dan lingkungan sekitar dalam mempengaruhi opini, perilaku, dan cara berpikir remaja terhadap keadaan di sekitarnya.

     Sejak pandemi, penggunaan media digital sebagai penyebar informasi terus bertambah. Topik dan isu pun tidak terpaku pada satu hal saja. Tips, opini, serta informasi berguna maupun tidak berguna mudah sekali tersebar dengan adanya sarana internet. Saking banyaknya berita yang bermunculan dan kemudahan untuk mengakses sosial media, kita kadang kesulitan untuk memilah antara informasi yang benar dan terpercaya dengan informasi yang sifatnya menyimpang.

     Disinilah pola berpikir remaja, perlu diperhatikan. Remaja cenderung lebih mudah terpengaruh oleh tren dan pendapat tentang hal-hal disekitarnya. Sehingga secara tidak langsung pola pikir mereka terhadap suatu hal berubah. Hal ini bisa saja menjadikan remaja pengguna media sosial sebagai target bagi pembuat konten, yang berniat menanamkan pemikiran mereka ke dalam diri para remaja. 

     TikTok adalah salah satu media sosial yang paling banyak digunakan saat ini. Donny Eryastha, Head of Public Policy TikTok Indonesia, mengatakan bahwa pengguna TikTok didominasi oleh Gen Z, dengan kisaran umur sekitar 13-24 tahun. Informasi ini jelas mengungkapkan bahwa TikTok adalah salah satu media sosial yang banyak digemari remaja, 

     Hal yang membuat saya tertarik meneliti tentang hal ini adalah munculnya kejadian di media sosial, khususnya TikTok, di mana ada seorang pengguna mencurahkan pendapat yang menyimpang dan berhasil menarik perhatian anak-anak dan remaja. Si pemberi pendapat dalam kasus ini adalah orang dewasa. Ia menyuarakan pendapat dan argumennya yang sangat menyinggung remaja dan argumennya benar-benar salah. Tetapi tidak sedikit jumlah remaja yang berada pada sisinya, walaupun perbuatan si pemberi pendapat sangat tidak menghargai remaja-remaja yang tidak bersalah.

     Saya berharap dengan adanya penelitian ini, permasalahan seperti konflik tadi tidak terulang kembali dan media sosial menjadi tempat yang lebih aman untuk remaja. Dengan demikian, remaja dapat menggunakan media sosial sebagai tempat untuk mengekspresikan diri dengan penuh akal dan kesadaran diri.

1.2 Tujuan penelitian     

     Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana media sosial bisa menjadi penyampai informasi dan mempengaruhi cara berpikir remaja, serta cara remaja menanggapi informasi yang disajikan TikTokers.

1.3 Manfaat penelitian

     Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tanggapan remaja jika berhadapan dengan situasi dimana mereka harus memberi pendapat di media sosial. Selain itu untuk menyadarkan netizen akan pengaruh konten media sosial terhadap pola pikir remaja.

Bab II. Landasan Teori

Media sosial: 

     Media daring yang digunakan oleh penggunanya untuk dengan mudah berinteraksi, berpartisipasi, dan berbagi satu sama lain. Selain itu menciptakan blog, forum, wiki, jejaring sosial, dan dunia virtual tanpa batas ruang dan waktu. (Rafi Saumi Rustian. 2012. “Apa itu Sosial Media”. Universitas Pasundan Bandung)

TikTok:

     TikTok adalah aplikasi jaringan sosial dan platform video music pendek asal Tiongkok dimana penggunanya dapat membuat dan menonton video serta berinteraksi dengan pengguna lainnya. (https://id.wikipedia.org/wiki/TikTok)

Pola pikir: 

     Cara menilai dan memberikan kesimpulan terhadap sesuatu berdasarkan sudut pandang tertentu. (Pratiwi et. al. “Perbedaan Sikap dan Pola Pikir Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran PKn”)

Remaja: 

     Fase pertumbuhan seorang individu setelah meninggalkan masa kanak-kanak, bisa juga disebut masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Selain mengalami perubahan fisik secara biologis, pengetahuan remaja meningkat dan kemampuan berpikir secara abstrak dan bernalar bekerja lebih efektif. (Arnett, Jeffery Jensen. 2007. “Emerging Adulthood: What Is It, and What Is It Good For?”)

Informasi: 

     Penerangan berupa pesan atau kumpulan pesan (ucapan atau ekspresi) yang berisi kabar atau berita tentang suatu hal. (KBBI Daring: https://kbbi.web.id/informasi)

Persentase pengguna internet Indonesia berdasarkan generasi: 

     Berdasarkan Digital 2021: The Latest Insights Into The ‘State of Digital’, dari 274,9 juta penduduk Indonesia, 170 juta di antaranya menggunakan media sosial. Dengan demikian persentasenya mencapai 61,8%. Pengguna sosial media di Indonesia didominasi oleh generasi Y dan generasi Z

Frekuensi penggunaan gadget pada remaja:

     Dilansir dari Waktu Ideal Penggunaan Gadget dan Dampak Kecanduan Gadget di https://sd.alharaki.sch.id/, waktu ideal penggunaan gadget dalam sehari untuk remaja yaitu 257 menit atau sekitar 4 jam 17 menit. Jika melebihi waktu ideal tersebut, bisa disebut sering menggunakan gadget dan dapat mengarah ke kecanduan.

Efek bandwagon

     Dilansir dari Oxford Dictionary of Psychology dan artikel tentang Bandwagon Effect oleh Investopedia.com, kecenderungan individu untuk memperoleh gaya hidup, perilaku, atau sikap tertentu karena banyak orang melakukannya. Efek ini terjadi disaat tingkat penyerapan ide, keyakinan, atau gaya tertentu meningkat karena bertambahnya orang lain yang melakukan hal tersebut, Efek bandwagon adalah dasar dari tren-tren yang silih berganti.

Efek pertumbuhan otak pada cara remaja memproses informasi dan berperilaku: 

     Dikutip dari Pahami Remaja, Ketahui Perkembangan Otaknya oleh Devita Widjaja, S.Ked dan Menur Adhiyasasti. Di masa remaja, bagian otak yang digunakan untuk mengambil keputusan belum terbentuk secara sempurna. Bagian tersebut adalah lobus frontal. Selain untuk mengambil keputusan, lobus frontal juga berfungsi untuk mengatur spontanitas, konsekuensi, empati, perilaku sosial dan seksual, membuat rencana, hingga pemecahan masalah, Karena otak bertumbuh dari belakang ke depan, maka lobus frontal yang berada di paling depan akan tumbuh sempurna terakhir kali, yaitu pada umur 25. Pertumbuhan lobus frontal kalah cepat dengan sistem limbik, yaitu bagian yang mengatur emosi dan perilaku seseorang, sehingga remaja kadang lebih mengandalkan emosi daripada logika. Hal ini menyebabkan beberapa remaja merasa sangat membutuhkan validasi dari orang sekitarnya untuk memuaskan sifat emosional mereka. Untuk mendapatkan validasi dan meraih kepuasan pribadi darinya, remaja mau melakukan apapun. Salah satu caranya adalah dengan meniru orang-orang yang dianggapnya layak menjadi role model.

Asch conformity study:

     Dilansir dari artikel Solomon Asch - Conformity Experiment oleh Dr. Saul McLeod pada simplypsychology.org, Conformity Experiment adalah eksperimen yang bertujuan untuk meneliti bahwa persamaan pendapat/jawaban mayoritas bisa mempengaruhi pendapat seseorang. Penelitian dilakukan dengan cara memberi pertanyaan sederhana pada satu partisipan yang asli atau ‘naif’ dan 7 partisipan yang sudah disiapkan untuk memberi jawaban dan mempengaruhi satu partisipan yang naif tadi. Setelah 12 set pertanyaan, 75% partisipan asli mengikuti jawaban mayoritas paling tidak sekali, sedangkan 25% tidak mengikuti jawaban mayoritas sama sekali. Kesimpulan yang ditarik setelah penelitian dan wawancara dengan partisipan ‘naif’ adalah; sebagian besar dari mereka sebenarnya tidak menyetujui jawaban mayoritas, tetapi dengan berani mengikuti suara mayoritas dengan alasan tidak mau diejek atau dianggap aneh oleh kelompoknya. Sebagian kecil dari partisipan juga ada yang mengatakan bahwa mereka benar-benar setuju dengan jawaban kelompok mereka.

Bab III. Metodologi Penelitian

3.1 Jenis penulisan

     Metode yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Menurut (I Made Winartha, 2006: 155), metode analisis deskriptif kualitatif adalah menganalisis, menggambarkan, dan meringkas, berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil pengamatan, wawancara, dan literatur mengenai masalah yang diteliti yang telah terjadi. Menurut (Sugiyono, 2009: 29), objek yang diteliti ialah data dan sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan.

3.2 Subjek penelitian

     Subjek penelitian saya adalah pengguna aplikasi TikTok yang sudah melihat video yang saya buat secara khusus untuk dianalisa. Rentang umur subjek penelitian diperkirakan antara 11-15 tahun dan mengerti jelas tentang topik yang menyangkut pendapat saya dalam video tersebut. Subjek kemungkinan besar adalah pengguna aktif TikTok, orang Indonesia, dan mengerti Bahasa Inggris karena video objek penelitian saya juga mengandung Bahasa Inggris. Daftar terperinci tentang tiap-tiap subjek penelitian tidak tersedia karena jumlahnya cukup banyak. Saya hanya fokus pada ketertarikan yang paling menonjol dari beberapa sampel viewers video saya.

3.3 Objek penelitian

     Objek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989: 862). Menurut (Supranto, 2000: 21) objek penelitian adalah himpunan elemen yang dapat berupa orang, organisasi, atau barang yang akan diteliti. Objek penelitian ini adalah bagaimana tanggapan beberapa kelompok orang terhadap video TikTok saya. Dalam video tersebut saya memaparkan pendapat tentang salah satu kelompok orang yang sering terlihat membuat konten dan komen yang jorok, berlebihan, dan bersifat overseksualisasi di TikTok. Saya berpikir bahwa perilaku overseksualisasi adalah hal yang buruk, tidak peduli apakah hal yang dianggap overseksual merupakan karya fiksi atau hal/orang yang nyata. Terlebih, banyak orang dari kalangan/kelompok tersebut yang masih dibawah umur dan benar-benar terus terang menunjukkan sifat mereka yang berlebihan di media sosial yang tidak sedikit jumlah penggunanya.

3.4 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi.

     Menurut (Arikunto, 2010: 199) observasi adalah pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indera. Observasi saya adalah terhadap orang-orang yang meninggalkan komentar di video saya. Hal yang menjadi fokus saya dalam observasi ini adalah;

  1. Hal yang mereka katakan,

  2. Siapa yang mengatakannya,

  3. Bagaimana cara ia mengatakannya; sebagai komen orisinal atau menanggapi komentar orang lain.

Bab IV. Kesimpulan

     Berdasarkan uraian-uraian yang sudah dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan dari proposal penelitian saya yang berjudul “Pengaruh Akun TikTok @bahonkatwo Terhadap Pola Pikir Remaja Usia 11-15 Tahun”;

  1. Remaja seringkali sulit membedakan baik dan buruk. Salah satu penyebabnya adalah pertumbuhan otak yang belum sempurna, khususnya pada bagian lobus frontal yang berperan untuk mengambil keputusan.

  2. Karena masih sering bimbang untuk mengambil keputusan sendiri, remaja cenderung terpengaruh oleh pendapat orang lain di sekitarnya sehingga pola pikir dan perilakunya mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

  3. Internet dan media sosial sebagai penyalur informasi memiliki peran yang besar dalam membentuk pola pikir remaja. Semakin sering remaja mengakses internet dan media sosial, kemungkinan untuk pola pikirnya terpaku pada apa yang ia lihat disana semakin besar.

  4. Salah satu alasan remaja memilih mengikuti mayoritas saat mengambil keputusan adalah untuk menghindari argumen dan/atau perlakuan buruk dari orang lain. Hal ini juga berarti remaja mungkin memilih untuk menentang pemikirannya sendiri dan mengikuti apa yang orang lain pikirkan agar mendapat pengakuan diri yang mereka inginkan.

Nilai Cc5+ yang diterapkan adalah Conviction. Nilai Conviction terwujud dengan sikap tangguh, yakin, dan berani menghindari pengaruh buruk media sosial.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

Arnett, Jeffery Jensen. 2007. Emerging Adulthood: What Is It, and What Is It Good For?

Colman, Andrew M. 2008. Oxford Dictionary of Psychology

KBBI Daring. https://kbbi.web.id/informasi

Kemp, Simon (2021, Januari). Digital 2021: The Latest Insights Into The ‘State of Digital’. wearesocial. https://wearesocial.com/blog/2021/01/digital-2021-the-latest-insights-into-the-state-of-digital

Mcleod, Saul (2018, December). Solomon Asch - Conformity Experiment. SimplyPsychology. https://www.simplypsychology.org/asch-conformity.html

Prasetyo, Anggi Tri (2021, April). Waktu Ideal Penggunaan Gadget dan Dampak Kecanduan Gadget. Sekolah Islam Terpadu Al Haraki. https://sd.alharaki.sch.id/waktu-ideal-penggunaan-gadget-dan-dampak-kecanduan-gadget/

Pratiwi et. al. 2016. Perbedaan Sikap dan Pola Pikir Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran PKn.

Rakhmayanti, Intan (2020, Februari). Pengguna TikTok di Indonesia Didominasi Generasi Z dan Y. Sindonews. https://tekno.sindonews.com/berita/1523692/207/pengguna-tiktok-di-indonesia-didominasi-generasi-z-dan-y

Rustian, Rafi Saumi (2012, Maret). Apa itu Sosial Media. UNPAS. http://www.unpas.ac.id/apa-itu-sosial-media/

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen

The Investopedia Team (2020, Desember). Bandwagon Effect. Investopedia. https://www.investopedia.com/terms/b/bandwagon-effect.asp

Widjaja, Devita dan Menur Adhiyasasti. Pahami Remaja, Ketahui Perkembangan Otaknya. https://skata.info/article/detail/493/pahami-remaja-ketahui-perkembangan-otaknya

Wirartha, I. 2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment