Article Detail
Bertambah Usia semakin banyak Bersyukur dan Berefleksi
Bangsa yang besar baru saja merayakan kemerdekaannya dari penjajahan. Tepat 76 tahun yang lalu, bangsa tersebut lahir menjadi sebuah negara Indonesia. Sebuah momen yang mengharukan sekaligus momen yang akan sangat dikenang generasi-generasi selanjutnya bagaimana kita terlepas dari penjajahan. Berbicara mengenai penjajahan bapak Proklamator kita pernah berpesan bagi kita semua “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri”. Melawan bangsa kita sendiri? Tidak mungkin, saudara saling bermusuhan. Tapi mari kita lihat negara ini, kita lihat sejenak sekitar kita, lingkungan kita, masyarakat kita.
Kita menjajah negara sendiri? Menjadi pertanyaan aneh jika didengar, namun menjadi masuk akal ketika kita berefleksi bersama. Mari kita lihat bersama, kita memiliki Pancasila namun sifat dan perilaku kita tidak bisa dikatakan mencerminkan identitas kita sebagai. Katanya Bhinneka Tunggal Ika, namun masih saja phobia akan perbedaan. Banyak ditemui pengkotak-kotakan di masyarakat dari keyakinan hingga warna kulit dan bentuk rambut. Negara ini sudah memasuki masa Reformasi namun KKN di tengah kita seolah budaya yang melekat dalam diri. Berbicara tentang budaya, di era globalisasi ini, banyak budaya masuk ke Indonesia dan generasi ini akan sangat mudah terbawa arus dengan adanya teknologi canggih bersama dengan sosial medianya, tanpa disadari kita menjadi aneh dengan budaya sendiri.
Salah satu contoh kecil lainnya tentang budaya. Mirisnya kita lebih senang terjebak dengan mengagumi masyarakat luar negeri memiliki budaya hidup tentram dan damai, saling tolong menolong. Bukannya kita berusaha melakukannya di masyarakat kita, namun kita seolah terseret “ora edan ora keduman” di mana kita melakukan hal baik akan terlihat aneh dimata masyarakat. Pada akhirnya ketidakbenaran menjadi benar karena semua orang melakukannya secara bersama-sama, seolah itu yang benar. Cukup miris namun mau bagaimana lagi, kita hidup di masyarakat luas dan mau tidak mau mengikuti cara kerja masyarakat. Itu masih contoh kecil dan masih banyak contoh lain dibidang budaya, belum yang lain. Tentu tidak akan cukup jika kita membahasnya secara keseluruhan.
Mencinta akan tanah air, bukanlah hal mudah. Untuk menjadi jati diri kita yang seharusnya sulit rasanya karena masyarakat kita sendiri. Masih belum ada kesepakatan dalam diri kita bersama untuk menjadi lebih baik dengan berpedoman Pancasila. Oleh karena itu dengan bertambahnya usia negara Indonesia ini, bangsa ini menjadi semakin besar tanpa kehilangan jati dirinya dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila secara sadar dalam kehidupan sehari-hari kita.
Penulis : Ambrosius Agung Hermantoro, S.Pd.
-
there are no comments yet