Article Detail
STOP MENANGIS
“Ada beberapa siswa putri sedang menangis di depan wc lantai dua “ kata seorang guru memberitahukan kepada rekan-rekan guru di ruang makan. Guru lain menambahkan , “o ya bahkan mereka menangis sambil berangkulan satu sama lainâ€. Dan seperti biasanya para guru sambil tetap makan mulai angkat bicara menanggapi informasi tersebut. Kemudian seorang bapak yang mungkin mengetahui alasan mereka menangis mulai angkat bicara, “ Mereka merasa sedih dan bahkan menangis karena mereka kalah dalam pertandingan bola basket antar sekolahâ€. Dan masih banyak lagi obrolan di ruang makan siang itu.
Dalam hati saya, menang kalah adalah hal biasa dalam pertandingan, mengapa anak-anak harus menangis? Ah… atau karena mereka masih remaja sehingga merasa sah untuk menangis? Apakah karena merasa lebih unggul dari lawan sehingga kekalahan dimaknai sebagai sebuah hal yang tidak mungkin terjadi? lalu ... apakah kita, para guru, termasuk saya, sudah membiasakan diri memberi bekal mental yang cukup sehingga anak mempunyai daya juang yang tinggi sekaligus mental untuk siap menang dan siap kalah? Para murid semestinya merasa bangga sudah terpilih dari sekian banyak murid menjadi duta sekolah berlaga dalam lomba basket. Juga usaha serta perjuangan anak-anak yang telah memberikan yang terbaik dari dari kemampuannya. Ini jauh lebih penting dari “sekedar†juara.
Penulis lalu ingat salah satu artikel di kompas tahun 2007 yang ditulis oleh Baskoro Poedjinoegroho, “Bukan Juara, tetapi Bermental Juaraâ€.Memacu dan memompa semangat juara adalah positif, artinya mempunyai semangat berkompetisi demi mencapai hasil optimal yang sesuai kemampuan diri.yang bersangkutan berkompetisi dengan diri sendiri, untuk meraih hasil setinggi, sebesar, atau mutu setinggi mungkin. Dan rekan lain menjadi patner dalam usaha untuk mewujudkan kemampuan diri secara optimal. Jadi semangat juara dimaksudkan adalah semangat untuk berusaha, semangat untuk berkarya, berdaya juang. Semangat ini harus senantiasa diinternalisasikan ke dalam diri setiap peserta didik. Oleh karena itu kita sebagai guru atau pendidik, sebagai orang dewasa, hendaklah mampu dan mau serta terbiasa memberikan apresiasi pada setiap usaha peserta didik, bukan hanya memberi apresiasi kepada yang juara baik akedmik saja namun juga yang berprestasi non akademik; olah raga, seni maupun karya-karya siswa lainnya .
Orang berusaha mengisi kehidupannya berdasarkan keyakinan-keyakinan dan bertahan dengan kesabaran untuk mewujudkan dalam kehidupan ini. Dalam buku Pendidikan Karakter Tarakanita, setiap peserta didik diharapkan belajar untuk lebih mempertimbangkan rasio dan akal ketimbang emosi dan perasaan. Bunda Elisabeth, pendiri Kongregasi suster-suster Cinta Kasih Carolus Borromeus, telah memberikan teladan untuk tidak mudah menyerah, selalu bekerja keras, sabar murid agar menjadi pribadi yang mempunyai daya juang dan ketangguhan dalam menghadapi setiap tantangan yang ada dengan tetap gembira.
Lalu apa yang harus dilakukan para murid supaya dapat mencapai titik kesadaran dan keyakinan untuk tetap berjuang dan tetap tangguh menghadapi tantangan dengan tetap bergembira ? Dalam usaha pembentukan manusia yang berkarakter , sekolah Tarakanita memberikan nilai-nilai yang ditanamkan kepada setiap murid berupa Cc5, dalam hal ini C ketiga Conviction,yaitu pertama, tahan menanggung kesulitan dan penderitaan ; kedua, mampu gembira dan optimis di setiap waktu; ketiga,mampu menahan rasa tidak sabar, mengeluh, atau marah; keempat, setia terhadap tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya tanpa mengeluh; kelima,mengerjakan dengan sungguh-sungguh apa yang sedang dihadapi; keenam,bersikap ugahari yaitu kemampuan untuk mengaktulaisasikan dan memuaskan
dorongan-dorongan keinginan dalam diri serta tuntutan insting secara seimbang melalui cara-cara yang tepat, tahu batas. Sehingga ke depan murid tak lagi harus ‘menangis’ saat mengalami hal yang tidak sesuai dengan harapannya. Tetapi mampu menjadi murid yang berjuang dengan ketangguhannya sesuai kemampuan serta selalu bergembira.
Jangan menyerah, demikian judul puisi di buku Paul Hanna, dalam bukunya “You Can Do It!†kiranya dapat menjadi inspirasi kita, guru maupun murid, untuk dapat bertahan dalam semangat menghadapi berbagai tantangan. Dan selalu tersenyum……stop menangis!
1. Tim Perumus “Pendidikan Karakter Tarakanitaâ€, 2012, Jakarta,Yayasan Tarakanita.
2. Baskoro Poedjinoegroho “Bukan Juara, tetapi Bermental Juaraâ€,2007 Kompas,
3. Paul Hanna, “You can do it!â€, 2001. Penerbit Erlangga.
-
there are no comments yet